Tokoh  

Jamaluddin Al- Afghani: Sang Nasionalis Dunia Islam

Biografi Jamaluddin Al Afghani

Nama lengkap Jamaluddin Al-Afghani adalah Muhammad jamal al-Din bin Safdar yang mempunyai silsilah sampai Al-Husain bin Ali ra. Menurut Abdul Naim Husnain (1986), jamaluddin Al-Afghani berasal dari negara Iran dan ia dinisbahkan pada “Al-Afghani” karena dua faktor.

Pertama, untuk memmudahkan dan menonjolkan kalau ia adalah seorang yang berfahan dan bukan berfahan Syiah, nkedua, untuk membolehkannya melepaskan diri pada kezaliman dan kawalan pemerintah Iran ketika berada di luar negara.

Semasa hidupnya ia selalu mengembara hampir seluruh pelosok penjuru dunia. Menurut pengakuannya sendiri, ia lahir di Asadabad dekat Konar di distrik Kabul“Afghanistan” pada tahun 1883 M dan meninggal pada tahun 1897 M. Ayahnya benama Sayyid Safdar, karena garis keturunannya ia menggunakan gelar “sayyid” dan menamakan dirinya Sayyid jamaluddin Al-Huseini. Akan tetapi di kesultanan Turki, mesir dan Eropa ia dikenal dengan nama Jamaluddin Al Afghani.

Dalam perhatian masalah dunia jamaluddin Al-Afghani sangat sedikit dan tidak tergiur dengan gemerlapnya dunia. Jamaluddin Al-Afghani sangat bangga dengan nasabnya kepada sayyid Al-Mursalin Muhammad SAW. Pada umur 12 tahun Jamaluddin Al-Afghani telah menghafal Al-Qur‟an, kemudian diusia 18 tahun. Ia sudah mendalami berbagai bidang ilmu keislaman dan ilmu umum. Ia dikenal sebagai orang yang menghabiskan hidupnya demi kemajuan Islam.

Jamaludidin Al-Afghani bersama keluarganya pernah meninggalkan kota kelahirannya dan menetap di Taheran untuk menuntut ilmu pada seorang alim Syi‟ah yiatu Aqashid Shadiq, kemudia ia belajar ke An-Najaf di Iraq, pusat perguruan Syi‟ah, dan selama beberapa tahun menjadi murid seorang sarjana Syi‟ah yaitu Murtadha Al-Anshori.4 Jamaluddin Al-Afghani seorang yang sangat cerdas, jauh melampaui remajaremaja seusianya.

 

Setelah menguasai berbagai disiplin ilmu, ia berkelana ke India. Kemampuannya berbicara dan pengetahuannya yang dalam membuatnya memukau banyak orang. Ia orator yang tangguh, mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India dalam melawan penjajah.

 

Jamaluddin Al-Afghani tidak hanya pandai dalam berbicara, didorong dengan keyakinannya, ia menjelajahi ke berbagai negara. Dari India, Jamaluddin Al-Afghani melanjutkan perjalanannya ke Mekkah untuk melakukakan ibadah haji. Pada usia 22 tahun dan menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan, tahun 1864 M ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad Azam Khan menjadi perdana menteri.

 

Namun karena adanya campur tangan Inggris dan kekalahannya atas golongan yang disokong Inggris, Jamaluddin Al-afghani akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Ia tidak diperkenankan berpergian melalui jalan darat, juga tidak diperkenankan bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalan lauut, Jamaluddin melanjutkan perjalanan ke Kairo dan menetap untuk beberapa waktu di sana.

 

Jamaluddin Al-afghani yang disamping mempunyai pandangan mendalam tentang kehidupan keagamaan Islam dan kehidupan cara perpikirnya. Tujuan dan cita-citanya sangat tinggi, hingga dengan demikian tidaklah berlebih-lebihan bila kita katakana bahwa pribadinya telah membawa kemajuan yang telah menghubungkan dari masa lampau sampai sekarang.

 

Jalamaluddin Al-Afghani pernah menetap di Mesir dari tahun 1871-1879 dengan bantuan Riyad Pasha, di Mesir ia mengajar di universitas Al-Azhar dan memperkenakan penafsiran filsafat kalam. Pada tahun 1870 kondisi Mesir mengalami krisis politik dan keuangan, kemudian Jamaluddin Al-Afghani mendorong para pengikutnya untuk menerbitkan surat kabar politik.

 

Ia banyak memberikan ceramah dan aktivitas politik sebagai pemimpin gerakan bawah tanah. Para pengikutnya antara lain, Muhammad Abduh, Abdullah Nadim, Sa‟ad Zaghlul, dan Ya‟kub Sannu. Pada 1889 ia membentuk partai Hizbul Wathani dan berhasil menggulingkan Raja Mesir Khedewi Ismail, meskipun kemudian ia diusir oleh penguasa baru Taufik.

 

Kemudian, Jamaluddin Al-Afghani pergi ke Paris bersama muridnya yang bernama Muhammad Abduh dan di sana ia menerbitkan majalah al-‘Urwah al Wutsqa. Jamaluddin Al-Afghani masih terus melakukan jihad dalam bidangnya yaitu, pembaruan pemikiran, kebangkitan Islam, menghadapi imperialisme dan memecah belenggu otoriterianisme sampai Jamaluddin Al-Afghani meninggal.

 

Salah satu muridnya yaitu Muhammad Abduh orang yang tahu tentang Jamaluddin Al-Afghani dan juga menulis sebuah buku tentang riwayat dan biografi Jamaluddin Al-Afghani. Perjuangan dan pengembaraan Jamaluddin Al-Afghani berhenti sampai menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1897 M. Ia dimakamkan di Nishanta di Istanbul, pada tahun 1945 M, jenazahnya dipindahkan ke Afghanistan dan dimakamkan berdekatan dengan Ai Abad di Kabul.

Pendidikan Jamaluddin Al-Afghani

Pendidikan pertama Jamaluddin Al-Afghani dapatkan di kampung halamannya, kemudian ia melanjutkan di Kabul dan Iran, dalam mempelajari ilmu pengetahuan ia tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi ilmu umum juga ia pelajarinya. Ketika di Kabul pada tahun ia mempelajari berbagai ilmu keislaman selain ilmu filsafat dan eksakta. Ia perna tinggal di India selama lebih dari satu tahun, di India ia mendapatkan ilmu yang lebih modern, setelah ke India ia oergi ke Mekkah pada tahun 1857 M untuk menunaikan ibadah haji.

Pada tahun 1883 M Jamaluddin Al-Afghani berada di Paris dan mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama Al-‘Urwah Al-Wutqa (ikatan yang kuat), anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain.  Tujuan dari perkumpulan tersebut ialah memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Untuk memajukan ide-idenya Jamaluddin dan Muhammad Abduh menerbitkan majalah yang diberi nama Al-‘Urwah Al-Wutqa.

Majalah ini tidak bertahan lama hanya delapan bulan karena bangsa Barat melarang pengedaran majalah tersebut di negeri Islam, karena mahalah ini dapat menimbulkan semanagt dan mempersatukan umat Islam.

Karya-karya Jamaluddin AL-Afghani

Jamaluddin Al-Afghani memiliki sosok pengamatan yang kritis dan jeli, sehingga membuatnya dapat mengamati dan menganalisa situasi dunia Islam yang lemah secara politik dan militer.Analisis-analisis politik yang ditulis Jamaluddin Alafghani di publikasi baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Eropa. Kemudian ia mempublikasikan karya dan tulisan-tulisannya dalam mingguan berbahasa Arab yang ia terbitkan bersama muridnya dan sahabatnya Muhammad Abduh,

Al-Urwah Al-Wutsqa. Pemberian nama ini terinspirasi dari surat Al-Baqarah ayat 256. Melalui mingguan inilah Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menyuarakan perlawanan terhadap imperialisme Barat, khususnya Inggris.

Jamaluddin Al-afghani juga menulis banyak buku artikel, di antaranya ialah:

  1. Bab ma Ya’ulu llayhi Amr Al Muslimin, membahas tentang sesuatu yang melemahkan orang-orang Islam.
  2. Makidah Asy-Syarqiyah, membahas tentang tipu muslihat orientalis.
  3. Risalah fi Ar-Rad ‘Ala Al-Masihiyyin, membahas tentang risalah untuk menjawab golongan Kristen.
  4. Dhiyah ‘Al-Khafiqayn, cahaya dari penjuru yang isinya mengecam pemerintah Iran yang lalim.
  5. Haqiqah Al-Insan wa Haqiqah Al-Wathon, membahas tentang hakikat manusia dan hakikat tanah air.
  6. Ar-Rad ‘Ala Ad-Dahriyyin, membahas tentang tangkisan terhadap kaum materialis (komunis).