Tokoh  

Ibnu Kaldun: Sosiolog Muslim dari Tunisia

Biografi Ibnu Kaldun

Ibnu khaldun memiliki nama lengkap  Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Muhmmad bin Abdurrahman bin Khaldun.  Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, saat 1 Ramadan 732H 1332M, dan wafat di Kairo pada 25 Ramadhan 808H atau 1406 M.

Beliau di panggil Ibnu Khaldun sebab dihubungkan dari keturunan garis kakeknya, ialah Khalid bin Usman. Kakeknya ini merupakan orang pertama yang memasuki negeri Andalusia bersama para penakluk berkebangsaan Arab.

Sesuai dengan kebiasaan orang-orang Andalusia dan Maghribi yang terbiasa menambahkan huruf wow dan nun dibelakang nama-nama orang terkemuka sebagai penghormatan dan takzim, maka nama Khalid pun berubah kata menjadi Khaldun.

Disebutkan bahwa nama yang lebih dikenal untuk Ibnu Khaldun ialah Abdurrahman Ibnu Khaldun al Maghribi al Hadrami al Maliki.

Abdurrahman ialah nama semasa kecilnya, di identikkan marga Maghribi Karena beliau lahir dan tumbuh di Maghrin, Tunisia, mendapat julukan al Hadrami dikarenakan berasal dari Hadramaut yaitu yaman selatan, serta bergelar al Maliki dikarenakan beliau menganut mazhab Maliki.

 

Beliau wafat dalam usianya yang ke-76 tahun (menurut perhitungan hijriyah) di kairo, sebuah desa yang terletak di dekat sungai nil sekitar kota fustath, tempat keberadaan madrasah al-Qamhiah dimana sang filsuf, guru, politisi ini berkhidmat.

Sampai saat ini, rumah tempat kelahiran yang terletak di jalan Turbah Bay, Tunisia, masih utuh serta digunakan untuk sekolah yaitu Idarah ‘Ulya. Pada bagian pintu masuk sekolah ini terdapat sebongkah batu manner berukiran nama serta tanggal lahir dari Ibnu Khaldun.

Ayah Ibnu Khaldun bernama Abu Abdullah Muhammad, yang wafat pada tahun 749 H/1348M, diakibatkan gejala virus yang terjadi afrika utara dan menyebabkan meninggalnya lima anak, hal tersebut terjadi Ibnu Khaldun masih di usia 18 tahun.

Ayahnya merupakan seorang yang ahli dalam Bahasa dan sastra arab, setelah memutuskan untuk berhenti menggeluti bidang politik lalu beliau menekuni bidang ilmu pengetahuan dan kesufian serta mendalami agama sehingga beliau pun dikenal sebagai orang yang mahir dalam sya’ir sufi dan berbagai bidang keilmuan lainnya.

Di abad ke 13 Masehi, terdapat kerajaan Muwahhidun di Andalusia yang luluh lantak, beberapa kota serta pelabuhan jatuh ke raja Castilia serta termasuk kota Sevilla pada (1248 M). Bani Kaldun harus pergi menuju afrika utara seperti Bani Haf dan menetap di kota ceuta, lalu mengangkat Abu Bakar Muhammad, yaitu kakek Ibnu Khaldun untuk mengatur urusan negara mereka di Tunisia dan mengangkat kakek pertama Ibnu Khaldun yaitu Muhammad bin Abu Bakar untuk mengurus urusan Hijabah (kantor urusan kenegaraan) di bougie.

Ibnu Khaldun lahir di tengah keluarga yang merupakan ilmuan serta terpandang, maka beliau dapat menempati jabatan ilmiah dan pemerintah. Di Andalusia, keluarga Ibnu Khaldun berkembang dan banyak berkecimpung dalam bidang politik dan akademik, oleh Karena hal tersebut Bani Khaldun terkenal sebagai keluarga yang berpengetahuan luas, berpangkat, banyak menduduki jabatan-jabatan penting di kenegaraan, serta memainkan pernanan yang cukup menonjol, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun politik.

Sehingga dunia politik dan ilmu pengetahuan telah begitu menyatu didalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lagi kecerdasannya juga sangat berperan bagi pengembangan karirnya, namun tidak demikian dengan ayah Ibnu Khaldun ternyata memiliki keunikan tersendiri dari tradisi keluarganya tersebut.

Beliau merupakan salah satu keluarga Bani Khaldun yang menjauhkan diri dari politik dan lebih berkonsentrasi pada bidang keilmuwan dan pengajaran seperti yang telah disebutkan diatas.

Masa Pendidikan Ibnu Khaldun

Masa Pendidikan yang dijalani Ibnu Khaldun di Tunisia dalam kurun waktu 18 tahun, diantara tahun 1332 sampai 1350 Masehi. Ibnu Khaldun mengawali pendidikannya dengan membaca dan menghafal Al Qur’an, seperti pada kebiasaan yang membudaya pada masanya, Pendidikan Ibnu Khaldun dimulai pada usia yang dini, dengan pengajaran yang ketat dari guru pertamanya, yaitu orangtuanya sendiri.

Kemudian barulah beliau menimba ilmu dari guru-guru yang terkenal pada masanya sesuai dengan bidang nya masing-masing. Misalnya, mempelajari Bahasa Arab dengan sastranya, Al Qur’an dengan tafsirnya, hadis dengan ilmu-ilmunya, ilmu tauhid, fiqih, filsafat dan ilmu hitung.8 Menurut Ibnu Khaldun Al Quran ialah sebagai Pendidikan awal dan menjadi landasan dalam konsep islam.

Beberapa gurunya yang berjasa dalam perkembangan intelektualnya yaitu: Abu’ Abdullah Muhammad ibnu Sa’ad bin Burral al-Anshari dan Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Bathani dalam ilmu Al Qur’an (qira’at). Abu ‘Abdillah bin al-Qushshar

dan Abu ‘Abdillah Muhammad bin Bahr dalam ilmu gramatika Arab (Bahasa Arab), Syamsudin Muhammad bin Jabir bin Suthan alWadiyasyi dan Abu Muhammad bin Abdul Muhaimin bin Abdul Muhaimin al hadramy dalam ilmu hadis, Abu ‘Abdillah Muhammad al-Jiyani dan

Abu alQasim Muhammad al-Qashir dalam ilmu fikih. Serta mempelajari kitab al-Muwatta’ karya Imam Malik pada Abdullah Muhammad bin Abdussalam.

Sedangkan ilmu-ilmu rasional seperti filsafat, teologi, mantik, ilmu kealaman, matematika dan astronomi dipelajari dari Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ibrahim al-Abili.

Ibnu Khaldun selalu mendapatkan pujian dan kekaguman dari guru-gurunya.  Dari sekian banyak guru-gurunya, Ibnu Khaldun menempatkan dua orang gurunya pada tempat yang istimewa dan memberikan apresiasi atau penghormatan yang sangat besar Karena keluasan ilmu kedua gurunya inin yaitu: pertama, Abu Muhammad bin Abdul Muhaimin bin Abdul Muhaimin alHadhramy.

Ibnu Khaldun sangat menghargai gurunya ini Karena keluasan ilmunya dalam bidang hadis, musthalah hadis, sirah, dan ilmu linguistic atau Bahasa. Darinya beliau pun mempelajari banyak kitab dan hadis, seperti Kutub Sittah dan al Muwata.

Kedua, Abu ‘Abdillah Muhammad bin al-Abili, yang banyak memberikannya pelajaran tentang ilmu-ilmu filsafat, meliputi ilmu mantik, biologi, matemtika, astronomi, dan juga musik.

Pada tahun 749 H. Tunisia dilanda virus pes yang dahsyat, padahal saaat itu Tunisia merupakan pusat ulama dan sastrawan besar kota-kota di timur dan barat, Karena menjadi tempat untuk berkumpulnya ulama Andalusia yang tersingkir dan hijrah ke Tunisia akibat dari berbagai peristiwa politik atau karena negara mereka sendiri yang tidak ramah kepada mereka.

Akibat dari wabah penyakit pes yang mematikan ini, ketika berusia 18 tahun beliau kehilangan orang tua dan sebagian guru beliau. Sehingga beliau kesulitan dalam melanjutkan pendidikannya Karena sangat berduka cita.

Melihat dampak yang begitu besar, maka Ibnu Khaldun pun menamakan tragedy penyebaran wabah pes ini sebagai Tha’un Jaarif (wabah yang membabi buta).

12 Akhirnya pada tahun 1354 M, Ibnu Khaldun ikut serta hijrah mengikuti beberapa ulama dan sastrawan yang berhasil bertahan dari penyakit tersebut dan telah lebih dulu hijrah menuju Fez di Maroko pada tahun 1349 M.

Selanjutnya beliau kembali memulai studinya kepada para ulama yang ada di Maroko. Adapun gurunya di Maroko adalah Muhammad bin al-Saffar, Muhammad bin Muhammad al-Maqqari, Muhammad bin Ahmad al ‘Alawi, Muhhammad bin Abdul Salam, Muhammad bin Abdul Razaq, Muhammad bin Yahya al-Barji, Ibnu al-Khatib, Ibrahim bin Zarrar, dan Abdul Barakat Muhammad al-Ballafiqi.

 

Situasi Politik pada Masa Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun hidup pada abad ke 14 Masehi atau abad ke-8 H. Abad sekarang adalah periode terjadinya perubahan historis yang masif, dibidang perpolitikan ataupun pemikiran bagi orang barat, disaat masa sekarang merupakan lahirnya bibit zaman Renaisans. Untuk Islam sendiri, periode sekarang adalah saat terjadinya kemunduran serta disintegrasi.

Ibnu Khaldun menghabiskan lebih dari dua pertiga umurnya di kawasan Afrika Barat Laut, yang sekarang ini berdiri beberapa negara seperti Tunisia, Aljazair dan Maroko serta Andalusia yang terletak di ujung selatan Spanyol.

Pada masa itu kawasan tersebut menjadi kancah perebutan dan pertarungan kekuatan antara dinasti, serta pemberontakan sehingga kawasan tersebut sering berpindah tangan dari satu dinasti ke dinasti lain. Ibnu Khaldun pun berperan dalam percaturan politik yang sarat dengan perebutan kekuasaan.

Beliau sering kali berpindah jabatan dan bergeser loyalitas dari seorang penguasa ke penguasa lain dari dinasti yang sama. Jabatan pemerintahan pertama yang cukup berarti baginya adalah menjadi keanggotaan majelis ilmuwan Sultan Abu Inan dani Bani Marin di ibu kota negara itu, yaiut Fez.

Kemudian diangkat menjadi sekretaris Sultan dengan tugas mencatat semua keputusan Sultan terhadap semua permohonan rakyat, juga dokumen-dokumen lain yang diajukan kepada sultan.

Selama berada di Fez, Ibnu Khaldun masih terus belajar kepada para ulama dan sastrawan dari Andalusia dan Tunisia. Beliau sering mendatangi perpustakaan Fez yang dianggap sebagai perpustakaan terbesar dan terlengkap ketika itu.

Kesenangan menuntut ilmu serta terjun ke dunia politik menjadi salah satu ambisinya untuk memegang jabatan penting agar bisa mengusai dan memerintah suatu daerah. Ambisi tersebut adalah unutk mengembalikan kejayaan masa lalu kakeknya, bahwa ketika masa pemerintahan Bani Hafs, kakeknya yang pertama memerintah di Tunisia dan kakeknya yang kedua memrintah di Bijayah.

Sebagaimana pemikir Islam lainnya, Ibnu Khaldun ikut serta menyaksikan keruntuhan peradaban Islam yang sudah tidak lagi utuh seperti pada masa-masa sebelumnya. Peradaban Islam yang dulunya mengalami kejayaan, pada masa Ibnu Khaldun telah berubah menjadi negara-negara kecil yang saling memusuhi.

Hal ini terjadi diakibatkan oleh lemahnya pemrintahan, sering terjadinya pemebrontakan, perang antar etnis, serta kerakusan Negara Eropa dalam menaklukan wilayah-wilayah Arab Islam. Hal tersebut secara otomatis mempengaruhi pemikiran Ibnu Khaldun.

Setelah berkarir politik dengan berbagai jabatan seperti penulis naskah pidato sultan, duta keliling kerajaan, penasehat, dan sebagai hakim kepala pengadilan di berbagai negara dalam perjalanan yang panjang,

akhirnya Ibnu Khaldun memutuskan untuk berhenti mengejar karir politik yang nampaknya tidak pernah memuaskan dan meminta maaf kepada raja Talmishan Karena tidak mampu melaksanakan perintah yang telah dititahkan kepadanya.

Beliau pun meminta izin kepada raja untuk mengasingkan diri di benteng Ibnu Salamah (sebuah wilayah di Privinsi Tojin) agar bisa berkonsentrasi dalam memikirkan realita peradaban islam dan menulis sebuah karya ilmiah.

Melalui pemahaman terhadap sejarah masa lalu, Ibnu Khaldun berusaha mengetahui penyebab problematika peradaban Islam yang sedang terjadi pada masanya. Kajian tersebut mencakup semua lini sosial, meliputi segi ekonomi, geografi, agama, intelektual dan politik pada tiap-tiap peradaban manusia tanpa mengabadikan karateristik peradaban Arab Islam.

Setelah memutuskan untuk berhenti dalam menggeluti dunia politik, maka Ibnu Khaldun pergi meninggalkan Tunisia dan berlayar menuju Alexandria, Mesir pada tahun 784 H/1328 M. Disana beliau bercita-cita menduduki suatu jabatan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, apalagi popularitasnya telah sampai ke Kairo-Mesir.

Rakyat Mesir telah banyak mengenal tentang dirinya, autobiografinya serta pembahasan-pembahasan sosial dan sejarahnya. Lembaga ilmu pengetahuan, pemikiran dan kesusteraan yang berada di Kairo telah mengenal kitab Muqaddimah-nya.

Raja mesir saat itu bernama Al Dzahir Burquq. Ternyata beliau juga telah mendengar kemasyuran Ibnu Khaldun tentang kepiawaiannya sebagai fakih mazhab maliki. Sehingga pada tahun 786 H, Raja tersebut memcat ketua pengadilan kerajaan disebabkan ada pertentangan yang tidak dapat diselesaikan dan menggantikannya dengan Ibnu Khaldun.

27 Dengan kemasyuran kitab Muqaddimah dan kepiawainnya sebagai faikh mazhab mailiki, akhirnya Ibnu Khaldun diangkat sebagai dosen fikih maliki pada lembaga Pendidikan Qamiyah di Kairo, lalu diangkat pula menjadi hakim agung mazhab maliki di kerajaan Mesir saat itu.

Namun, kendala utama bagi Ibnu Khaldun ialah persaingan antrara para pejabat tinggi dan ilmuan, khususnya para ahli hukum, Karena itulah beliau berhasil difitnah Karena melakukan reformasi hukum hingga dipecat dari jabatan tersebut, ternyata kehidupan Ibnu Khaldun di Mesir pun selalu mengalami pasang-surut, sebagaimana beliau pernah dipenjarakan dalam karir politiknya.

Karya-karya Ibnu Kaldun

Pada masa pendidikannya di Maroko, Ibnu Khaldun terlibat aktif dalam kegiatan ilmiah, banyak buku dan karya-karya ilmiah yang beliau hasilkan, namun karya-karya tersebut umumnya sangat sulit dilacak.

Karena tidak dijelaskan dalam Muqaddimah dan hanya terdiri dari bukubuku kecil saja apalagi karya-karya kecil yang dihasilkan tersebut kurang ilmiah oleh Ibnu Khaldun sendiri.

Ibnu Khaldun telah menghasilkan berbagai banyak karya, namun banyak dari karya-karya tersebut yang belum di temukan ataupun yang tidak diterbitkan sama sekali.

Walaupun Ibnu Khaldun hidup saat dimana kejayaan Islam akan mengalami sebuah kehancuran, akan tetapi beliau dapat unjuk diri sebagai cendekiawan muslim yang hebat dan memberikan pemikiran yang maju besar didalam karya beliau.

Karya-karya Ibnu Khaldun yang banyak dibahas para ahli sampai saat ini adalah Al ‘Ibar, Muqaddimah, dan Al Ta’rif. Sebenarnya kitab Muqaddimah dan Al Ta’rif merupakan bagian kitab Al Ibar didalmnya memiliki tujuh jilid. Muqaddimah merupakan bagian pembukanya