Kolom  

The Power of Senior

Oleh: Dr. Suhardin, S Ag., M Pd.
(Dosen Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta)

 

Ada seseorang yang curhat kepada saya terkait dengan perkembangan wajah dan kekuatan fisiknya. Ia mengatakan dulu kulitnya tegang, putih, bersih, halus dan cantik. Ototnya kuat, kekar, tangguh, dan dapat meninju, menendang, membanting, tetapi sakarang sudah lemah, daya semakin berkurang. Rambut dulu ikal, bergelombang, tampan, menawan, mempesona sekarang sudah mulai memutih.

Manusia berkembang dan bertumbuh sesuai dengan usia; bayi, anak, remaja, dan dewasa. Kekuatan pada seorang bayi ada pada kasih dan sayang orang tuanya, wali yang mengasuh, dan orang dewasa yang menyayangi. Tidak ada kesalahan pada seorang bayi, semua tingkah polahnya ditanggapi oleh orang dewasa sebagai sebuah kelucuan.

Detik-detik perkembangan bayi, dikelonin oleh orang dewasa yang tengah mengasuhnya dengan penuh sayang dan sabar. Semua atraksi bayi diresponi dengan kelucuan. Semakin banyak tingkah, polah, atraksi bayi, semakin membuat orang yang tengah mengasuhnya ketawa dengan terpingkal-pingkal. Siapapun manusia dewasa normal, akan senantiasa meresponi tingkah, polah, dan atraksi bayi dengan responsif senang dan bahagia, apalagi bayi yang memang terlahir dari bagian dari biological seseorang.

Tumbuh menjadi anak, kegemasan berubah menjadi harapan, tumpuan, impian dan asa yang sangat panjang terhadap seorang anak. Muncullah kosa kata kalau, nanti, dan akan. Nanti kalau sudah dewasa kamu akan jadi seorang kaya, nanti kamu kalau sudah besar jadi pejabat, nanti kamu kalau sudah besar jadi profesional, dan beberapa harapan-harapan yang di tanamkan pada seorang anak.

Bertumbuh menjadi remaja, mulai membentuk kekuatan. Kekuatan itu ada pada fisik, ada pada wajah, dan ada pada penampilan. Muncul kata ganteng, tampan, cantik, gagah, kuat dan perkasa. Inilah kekuatan pada diri seorang anak remaja sampai menjadi dewasa, kekuatan tersebut tetap akan melekat dalam dirinya. Kegantengan dapat membuat seseorang sukses.

Ia akan dikagumi, disenangi dan diterima di tengah kemunitas sosial. Kecantikan juga demikian, membuat seseorang dapat meraup sejumlah kekayaan, berkat rahmat Allah SWT memberikan kecantikan kepada seseorang manusia. Demikian juga bakat dan talenta, membuat seseorang menjadi sukses. Kecerdasan intelektual juga tidak kalah penting membuat seseorang melambung menjadi orang yang terdepan dan terkemuka di tengah kehidupan sosial dan politik.

Setelah beranjak menjadi tua, semua kesuksesan dimasa anak, remaja dan dewasa, pelan tetapi pasti berkurang secara signifikan. Kulit mulai kendor, kecantikan dan ketampanan berubah menjadi tua. Rambut yang hitam lebat dan menawan berubah menjadi memutih. Tulang yang kuat dan perkasa berubah menjadi lemah.

Selera makan yang senantiasa doyan dengan segala yang enak, sudah mulai beralih kepada makanan sehat. Penampilan yang berbalut baju mahal dan bermerek, berubah menjadi penampilan apa adanya. Semua kejayaaan dan kebanggaan berkurang secara pasti pada diri seseorang.

Tetapi seorang senior tetaplah senior yang memiliki kekuatan signifikan di tengah saudara, anak, menantu, ponaan dan cucu dengan kekuatan diantaranya; pertama, kearifan. Kecerdasan yang luar biasa dimiliki oleh seseorang senior berubah menjadi kearifan, kebijakan, keadilan dalam meletakkan sesuatu.

Allah SWT mengangkat hamba-Nya menjadi Nabi tidak ada pada masa remaja, tetapi pada masa senior. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT pada usia empat puluh tahun. Usia empat puluh tahun pada rentang kehidupan dipandang usia kematangan. Tidak terlalu mengejar kehidupan dunia, tetapi telah mulai berpikir untuk persiapan bertemu dengan sang pencipta.

Tidak berpikir mengumpul kekayaan, tetapi sudah mulai berpikir untuk berbagi. Sekalipun memang pada usia dewasa dan remaja perilaku berbagi telah terbangun kuat, tetapi berbarengan dengan perilaku menguasai. Pada usia senior seseorang tetap berperilaku untuk menguasai, mungkin ia akan menjungkalkan dirinya dalam jurang yang sangat dalam.

Kedua, kewibawaan. Usia tua seseorang dianugerahkan Allah SWT sifat, sikap dan penampilan yang berwibawa, membuat orang lebih segan. Ini menjadi kekuatan yang luar biasa bagi seorang senior untuk mengakomodasi, memfasilitasi beberapa junior. Di sinilah sikap tut wuri handayani, berusaha untuk mendorong, memotivasi, dan menggerakkan junior tampil ke depan untuk berbuat dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan sosial politik.

Jika seseorang senior yang tidak tahu diri, tetap bersaing dengan junior, mungkin ia memparamlukan dirinya dalam kehidupan dunia yang lebih tragis dan memalukan. Jika ada seorang senior yang tetap kepingin bersaing dengan junior, banyaklah berzikir untuk kehidupan yang lebih abadi, dan kemuliaan diri yang lebih tinggi, dan kewibawaan diri yang lebih bermakna untuk merekat dan menyatukan komponen-komponen sosial di tengah kehidupan.

Ketiga, accepteptable. Seorang senior lebih nyaman diterima dan dapat menerima semua kepentingan karena memang ia telah selesai dengan kehidupan. Jika ada senior yang tetap ngotot dan berambisi untuk menguasai sebuah institusi untuk kejayaan dirinya, bisa jadi ia sendiri merenggut kemuliaannya, dan mempermalukan dirinya sampai mendapatkan kehidupan yang su’ul khatimah.

Ketamakan seseorang membuat dirinya rendah, hina dan dibenci oleh junior sepanjang masa. Senior yang telah memiliki jiwa yang acceptable berusaha untuk merancang turunnya dari singgasana kekuasaan dengan mulus dan tulus. Ia berusaha membuat sebuah legacy untuk dikenang semua orang sebagai bagian dari amal shaleh yang bermanfaat sepanjang kehidupan manusia, menjadi pahala baginya di alam akhirat.

Keempat, kehormatan dan penghormatan. Jika ada seseorang yang berperilaku kurang sopan kepada yang lebih tua, niscaya akan diberikan sanksi nilai oleh orang lain. Ia dianggap manusia kurang ajar, yang tidak berbuat baik, bersikap baik terhadap orang yang lebih tua. Senior di kendaraan umum, diberikan fasilitas prioritas, sebagai bagian dari perilaku mayarakat yang berperadaban.

Keadaban itu diantaranya menghormati orang tua. Junior hormat kepada senior wajar, junior tidak hormat kepada senior kurang ajar. Kehormatan dan penghormatan terhadap senior dapat dimanfaatkan untuk menjadi kekuatan pemersatu. Muncul kepemimpinan yang lebih berorientasi kepada penguatan nilai. Tetapi kalau disalahgunakan untuk penguatan kekuasaan meraup kekayaan akan menjadi malapetaka.

Ia akan terjungkal, jatuh pada lembah kehinaan. Usia tua haruslah diperbanyak untuk membangun nilai kebaikan untuk diri dan untuk kemanusiaan. Inilah bekal yang terukir menjadi prarasati kehidupan.

Kelima, taqarrub kepada Allah. Makin lama usia dipergunakan. Banyak pembelajaran kehidupan yang telah dikumpulkan. Kerinduan untuk pulang kampung ke halaman akhirat. Bertemu dengan khalik, Allah SWT sudah menjadi kerinduan. Senior berusaha melakukan percepatan amal shaleh untul lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Waktu sudah hampir magrib, bedug sudah dekat di tabuh, mentari sudah mulai masuk ke bawah laut. Ia tidak punya kepentingan lagi dengan percaturan kehidupan sosial politik. Tetapi jika seorang yang sudah senior tidak tahu diri masih berusaha untuk mengejar karier, mengabaikan dan menindas karier anak muda harapan institusi, bisa jadi ia menjemput dan mengantarkan dirinya masuk ke dalam limbah kesesatan. Ia tercebur ke dalam lubang kenistaan. Tidak ada kesempatan bertaubat lagi.

Keenam, gunung kebaikan. Amal shaleh yang sudah ditumpuk selama kehidupan yang bertahun-tahun. Semenjak usia anak, remaja, dewasa, telah memiliki success story, rekam jejak kehidupan yang sangat baik. Hampir semua orang yang bertinteraksi dengan dirinya, merasakan kebaikannya, membuat orang merasa terhutang kebaikan terhadap diri senior.

Inilah investasi kebaikan yang berbuah devident, sehingga senior orang yang disegani, senior orang yang dihormati, senior orang yang dipuji. Tetapi senior yang miskin kebaikan, telah tua, masih tetap berperilaku tidak baik. Bisa jadi ia mempersiapkan tempat dalam ruang kehinaan, di dunia dan di akhirat.

Ketujuh, zurriyah. Manusia berkembang biak. Punya anak, punya cucu, punya cicit. Inilah turunan secara biologic. Tetapi ada turunan ideologic, memberikan nilai kepada beberapa orang berkembang menjadi murid. Ini akan memberikan penguatan personal kepada senior. Turunan bilogic dan ideologic menjadi kekuatan sosial pada seorang senior.

Tetapi manusia yang tidak punya turunan biologic, tetapi punya kebaikan, menebar kebaikan, dan menyebar luaskan nilai kebaikan dalam kehidupan, ia akan tetap dikenang, dihormati, senantiasa di doakan. Tetapi jika tidak punya turunan, menebar nilai keburukan, akan senantiasa disumpah oleh orang-orang dikemudian hari.  Wallahu ‘alam.