Kolom  

Mayoritas yang Tak Pernah Menang

Dr. Syahrir Karim
Ketua Jurusan Ilmu Politik UIN Alauddin Makasar

Mayoritas kok tidak pernah menang? Banyak yang betanya-tanya, resah dan gelisah seolah tidak percaya di negeri yang mayoritas Islam bahkan negara yang secara sosiologis berpenduduk muslim terbesar di dunia ini partai Islam sendiri tidak pernah menang. Okey, kita coba menyisir secara historis di mana masalahnya.

Sejak pemilu 1955 (orde lama) sampai dengan 2019 partai Islam trus mengalami kekalahan oleh partai-partai lainnya. Tercatat padatahun 1955 yang menang adalah Partai Nasionalis Indonesia (PNI), ini kemudian berlanjut ke orde baru yang membuat PPP semakin kerdil (“dikerdilkan”) di hadapan Golkar partai “besutan pemerintah” pada waktu itu.

Berlanjut tahun 1998 setelah Soeharto tumbang digantikan oleh B.J. Habibie sebagai titik awal era reformasi yang membuka kran demokrasi seluas-luasnya pun partai Islam kalah. Era reformasi pun tak memberi keadaan yang lebih baik, bahkan lebih “memalukan” dan dramatis. Era reformasi ini tercatat 48 partai politik dan 19 diantaranya parpol Islam tapi tak satupun yang menang.

Kekalahan beruntun terus berlanjut mulai tahun 1999 PDIP sebagai pemenang, tahun 2004 Golkar, 2009 partai Demokrat berlanjut dan PDIP secara berturut-turut memenangkan pemilu 2014 dan 2019.

Fenomena di Indonesia ini tampak berbeda dengan partai-partai Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara yang pernah menjadi pemenang. Sebutlah misalnya, Adeletve Kalkinma Partisi atau AKP dan Partai Refah di Turki, The Islamic Salvation atau FIS di Aljazair serta Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir.

Terlepas bahwa di antara Partai-partai Islam ini ada yang tidak mampu bertahan lama karna berbagai factor pengaruh, akan tetapi setidaknya mereka pernah mendapat panggung sebagai pemenang yang sama sekali kontras dengan Indonesia.

Secara umum dibanding negara-negara Timur Tengah sebenarnya Indonesia merupakan negara dengan partai Islam terbanyak. Partai Islam tertua pun demikian, jauh sebelum partai-Partai Islam di Timur Tengah ada di Indonesia sudah ada. Bandingkan Partai Syarikat Islam yang lahir 1923 baru 5 tahun kemudian Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir lahir tepatnya tahun 1928.

Adeletve Kalkinma Partisi atau AKP lahir tahun 2001, partai Refah lahir tahun 1983, The Islamic Salvation atau FIS lahir di di Aljazair tahun 1989. Di tiga negara ini (Mesir, Turki dan Al-Jazair) juga tidak memilik partai Islam sebanyak di Indonesia.

Di Indonesia sendiri rekor terbanyak partai Islamnya saat pemilu tahun 1999, terdapat 19 Partai Islam meskipun pada akhirnya gugur satu-persatu dan akhirnya tersisi hanya 5 menyusul partai baru partai Ummat dan Gelora pecahan PKS setidaknya sampai tahun 2021 ini.

Data sederhana ini setidaknya memberi catatan khusus; pertama, belajar system kepartaian (Islam) belajarlah di Indoensia karena dinamikanya jauh lebih tua dan menarik dibanding negara diluar sana termasuk Timur Tengah; kedua, kesadaran politik Islam dan Islam politik Indonesia lebih maju dengan segala dinamikanya, ketiga, Indonesia bisa menjadi kiblat kajian politik Islam. Nah pertanyaannya, kenapa mereka tak pernah menang?…bersambung!