Kemandirian itu Relasional, Kemerdekaan?

oleh -

Oleh: Virtuous Setyaka, Ketua KMDM

Kata “kemandirian” menjadi sebuah konsep atau istilah yang populer, terutama berkaitan dengan kemauan dan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Namun apakah kemauan dan kemampuan untuk mandiri itu terpisah dari hubungan sosial, di mana seseorang atau sekelompok orang itu tidak berhubungan dengan orang lain atau sekelompok orang lainnya?

Di sadari atau tidak, dipahami atau tidak, tidak ada kehidupan manusia baik secara perorangan maupun berkelompok orang yang tidak berhubungan dengan orang lain atau kelompok orang lainnya. Hanya Adam dan Hawa, manusia yang “dilahirkan” ke dunia tanpa dua orang yaitu perempuan dan laki-laki yang disebut ibu dan ayah.

Baca juga:  Pengelola Kedai Kopi Gumarang Ikuti Pelatihan Business Model Canvas (BMC)

Hanya Isa manusia yang dikandung dan dilahirkan di dunia oleh seorang perempuan sebagai ibu bernama Mariam tanpa ada ayah sejak awal kejadiannya. Sehingga dalam kehidupan manusia secara keseluruhan, sifat relasional manusia dengan manusia lainnya adalah natural atau alamiah. Tanpa manusia lainnya, manusia bukanlah manusia, bukan apa-apa.

Termasuk kemandirian, tidak terjadi dalam ruang hampa hubungan antar sesama manusia. Kemandirian itu, untuk seseorang atau sekelompok orang itu relasional, bukan personal atau individual.

Lalu bagaimana sebuah doktrin yang menjadi dogma sebuah ajaran tentang kehidupan sehari-hari yang baik adalah mendorong atau menjadikan setiap orang berkarakter dan berlaku individual atau menjadi individualis(tik)?

Mungkin untuk keegoisan, keserakahan, dan kemunafikan, hal itu cocok dalam menjerumuskan manusia ke dalam neraka atau kehancuran hidup duniawi atau kesengsaraan dalam sejarah kehidupan setiap orang. Hikmahnya memang akhirnya setiap orang akan belajar bahwa kemandirian seseorang atau sekelompok orang itu relasional. Mengapa?

Baca juga:  Dari LPU ke KPU

Seseorang atau sekelompok orang untuk mau dan mampu mandiri saja membutuhkan keberadaan orang lain atau sekelompok orang lainnya untuk mengajari atau membimbingnya. Kemandirian adalah sebuah konstruksi sosial atau diciptakan dalam situasi relasional dan kondisi yang mutual.

Tanpa itu, kemandirian hanya menjadi bualan. Apakah mungkin kemandirian seseorang dan sekelompok orang berada dan masih dipercaya akan ada begitu saja termasuk ketika orang lain tidak ada?

Alam semesta tidak hanya berisi manusia, sehingga ketika orang lain tidak ada, masih ada tumbuhan dan binatang yang akan “membantu” kemandirian seseorang menjadi manusia.

Bahkan, secara naluriah, jika skenario itu ada, maka seorang manusia itu akan berusaha menemukan seorang manusia lainnya untuk mengisi “ruang kosong” dalam kehidupannya. Artinya, kemandirian seseorang atau sekelompok orang membutuhkan lingkungan yang mendukungnya dalam membentuk kemandirian tersebut.

No More Posts Available.

No more pages to load.