Kajian  

Jangan Asal Debat! Ini Adab yang Tepat Menurut Islam

Ilustrasi Debat | Foto: Freepik.com
Ilustrasi Debat | Foto: Freepik.com

SEMANGATISLAM.ID – Beberapa waktu yang lalu disiarkan di media Indonesia tentang debat dari calon-calon Pemimpin Indonesia yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Pada debat tersebut mereka berdebat sesuai dengan ide pokok, gagasan dan tema yang diberikan oleh penyelenggara.

Dalam kehidupan sehari-hari pun berdebat merupakan suatu yang lazim, mengingat budaya Indonesia yang beragam sehingga menimbulkan perbedaan diberbagai aspek kehidupan.

Dalam Agama Islam Hukum Berdebat adalah dibolehkan selama kedua belah pihak sama-sama punya dalil yang kuat dan mengedepankan logika.

Sedangkan debat yang tercela dalam islam adalah suatu perbedatan yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa dalil, dan sepenuhnya subjektif.  Debat yang tercela adalah debat yang lebih mengutamakan otot, bukannya argumen.

Tujuan debat sejatinya hanyalah untuk mencari kebenaran. Maka ketika kebenaran sudah diterima dengan akal sehat dan logika, maka tidak perlu ada lagi perdebatan yang panjang. Contoh perdebatan yang tidak disukai adalah debat para pelaku bid’ah yang mendukung kebid’ahannya.

Saat berdebat ia hanya ingin menang tanpa berusaha mencari tujuan sama sekali. Karena apa yang dicari hanyalah kemenangan diri sendiri, maka ilmunya yang banyak tidak akan mendatangkan berkah sama sekali.

Oleh karena itu, siapa saja yang berdebat hanya untuk cari membenarkan dirinya sendiri, maka Allah tidak akan memberikan keberkahan pada ilmunya. Namun bagi siapapun yang berdebat hanya untuk mencari kebenaran dan ilmu, maka ia akan mendapatkannya.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125: “Serulah(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl: 125)

Dalam pandangan lain, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengajak umat Islam, dan khususnya Nahdliyin, untuk menghindari berdebat dengan tujuan merasa lebih unggul dari orang lain karena esensi debat ialah mencari kebenaran.

Hal tersebut diungkapkan dalam Khutbah Jumat di Masjid An-Nahdlah PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Jumat (24/11/2023).

Gus Ulil mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-An’am ayat 68. Ayat ini merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menghindari ajakan debat dari kaum kafir Makkah.

Gus Ulil kemudian menjelaskan tentang penyakit mulut yang dibahas oleh Imam Ghazali di dalam Kitab Ihya Ulumiddin. Di dalam kitab Ihya disebutkan ada 20 penyakit mulut.

Salah satu dari ke-20 penyakit itu adalah al-mira’ wal jidal yakni penyakit suka berdebat atau adu bicara dengan orang lain dengan tujuan bukan untuk mencari kebenaran.

Tetapi bertujuan untuk mengunggulkan diri sendiri, membesarkan ego sendiri, bukan untuk mencari kebenaran. Sementara perdebatan yang diperbolehkan dalam Islam adalah perdebatan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. “Tetapi perdebatan semacam itu seringkali tidak terjadi,” ucap Gus Ulil.

Dikutip dari buku Pemikiran-pemikiran Emas Para Tokoh Pendidikan Islam dari Klasik hingga Modern oleh Yanuar Arifin.

Menurut Imam Syafi’i

Imam Syafi’i dalam kitab Diwan Asy-Syafi’i  menyebutkan beberapa adab debat. Salah satunya disebutkan untuk melakukan debat dengan tenang bila peserta debat tersebut memiliki ilmu yang berbeda dengan orang-orang terdahulu atau yang sekarang.

Menurut Kitab Adab Al-Ikhtilaf Fil Islam

Dalam Kitab Adab Al-Ikhtilaf Fil Islam Thahah Jabir Fayyad Al Lawani menyampaikan ada beberapa adab dalam berdebat diantaranya:

  • Memulai dengan prasangka baik dengan sesama muslim. Jika kita memulai dengan prasangka buruk, kita akan selalu menolak dengan apa yang dikatakan lawan debat
  • Menghargai pendapat orang lain selagi sumber yang dimiliki itu kuat
  • Tidak memaksakan bahwa pendapat kita paling benar
  • Lapang dada menerima kritikan untuk memperbaiki kesalahan
  • Memilihkalimat yang baik dalam berdiskusi
  • Tidak berkata kasar
  • Mencari yang benar dan lebih baik dan bukan berniat menjatuhkan
  • Akhiri dengan komitmen untuk menemukan hasil yang baik yang dijalankan bersama

Rasulullah juga pernah menerapkan metode debat dalam menghadapi Utbah bin Rabi’ah di Makkah.

Utbah datang kepada Rasulullah membujuk beliau agar menghentikan dakwahnya dengan menawarkan seluruh kenikmatan dunia. Ketika itu Rasulullah hanya diam dan mempersilahkan Utbah menyampaikan apa yang ingin dibicarakan.

Setelah Utbah selesai bicara dan penuh hinaan, barulah Rasulullah menanggapinya dengan tenang. “Apakah engkau telah selesai dalam bicara, wahai Abu Al-Walid?” Tanya Rasulullah dengan santun.

Kisah ini memberikan makna bahwa Islam tidak pernah melarang debat. Asalkan tujuannya untuk kebaikan bersama dan manfaatnya dapat dirasakan bersama. (*)