Kolom  

Kewirausahaan Sosial dan Aksi Literasi

Oleh: Andrinof Chaniago
(Dosen Universitas Indonesia)

Kegiatan sosial yg sebagian atau sepenuhnya pembiayaannya berasal dari kegiatan usaha sendiri, atau kegiatan usaha yg mempunyai misi sosial, itulah kewirausahaan sosial. Jika melihat kondisi sebagian besar masyarakat Indonesia, kewirausahaan sosial ini perlu dikembangkan oleh semua pihak, di posisi manapun suatu pihak itu mulai bergerak.

Konsep ini sedang dimulai di Taman Literasi Bukit Ase, di Kuranji, pinggiran Kota Padang. Jika dilihat dari dua jenis asal-usul inisiatif kewirausahaan sosial yg saya sebut tadi, kewirausahaan sosial di Bukit Ase ini masuk jenis yg inisiatifnya berasal dari kegiatan sosial berupa Taman Literasi Anak-anak.

Pendiri Taman Literasi Bukit Ase ini adalah seorang pegiat literasi terkemuka di Sumbar dan sudah diakui secara nasional. Jika pernah mendengar Komunitas Anak-anak Tanah Ombak, di situ akan ketemu nama tokoh tsb., yakni Yusrizal KW  yg biasa dipanggil Bang KW (baca: Kawe). Bang KW bersama Bang Hendry Pong  lah dulu mendirikan Komunitas Tanah Ombak itu.

Di Kampung Bukit Ase kemudian Bang KW merintis satu taman literasi lagi, yg diberi nama Komunitas Bukit Ase. Mirip spt di Tanah Ombak, anak-anak di sini didorong rajin membaca dan ditanamkan nilai karakter positif: jujur, ramah, santun, rajin dan punya cita-cita hidup.

Tetapi, beda dengan komunitas literasi kebanyakan, Taman Literasi Bukit Ase dicoba ditopang dg kewirausahaan sosial. Bentuk usahanya adalah menghimpun dana penyumbang utk membuat usaha pemeliharaan itik petelor.

Alhamdulillah, kini 470 ekor itik betinanya sudah bertelur tiap hari, setelah sejak bayi dibesarkan selama 4 bulan. Hasil penjualan itik ini kepada pedagang sekitar Rp 900 ribu per hari. Dari penghasilan itu, 35% utk pekerja, 35% utk biaya produksi lain, dan 30% utk membiayai kegiatan Taman Literasi Bukit Ase.

Selain itu, usaha itik petelor ini tentu juga sudah membuka sedikit lapangan kerja dan lapangan usaha. Beberapa anggota masyarakat sekitar mendapat penghasilan tambahan masing2 sekitar Rp 50 ribu per hari dengan menjadi pengecer telur di pinggir jalan atau berjualan ke pasar.

Aksi kewirausahaan ini tentu cukup menginspirasi. Sayangnya, karena pandemik, kegiatan Taman Literasi Bukit Ase nyaris terhenti total. Namun, dg adanya kewirausahaan sosial Itik Petelor, sedikit demi sedikit fasilitas utk aksi literasi terus diperbaiki.

Maju terus Taman Literas Bukit Ase.

Majulah Kewirausahaan Sosial…!

Salam Aksi Literasi ..!