Raja Midas, Azyumardi Azra, dan Prototipe Intelektual Paripurna

oleh -

Keakrabannya dengan dunia aktivisme sebenarnya tidak mengherankan karena Azra sendiri datang dari kalangan aktivis pada masanya. Ia adalah mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta (1979-1982) dan Ketua Umum HMI Cabang Ciputat (1981-1982).
Pada saat TB Ace Hasan Syadzili terpilih sebagai Presiden BEM yang pertama (1999-2000), saya ditunjuk sebagai Menteri Bidang Penelitian dan Pengembangan Intelektual.

Akibatnya saya sering menemani TB Ace beraudiensi dengan pihak rektorat. Kedekatan saya dengan Azra makin intensif ketika saya terpilih dalam pemilu raya sebagai Presiden BEM periode 2000-2001. Pada saat itu Azra sedang sibuk-sibuknya melakukan transformasi IAIN ke UIN Jakarta.

Dalam beberapa kesempatan saya diajak Azra bertemu dengan banyak pihak dari kalangan pemerintahan atau lembaga asing untuk menjelaskan mimpi besarnya mengubah IAIN ke UIN. Jurusan dan fakultas umum ia buka, termasuk Fakultas Kedokteran, Sains dan Teknologi, dan lain-lain. Azra suatu ketika berkata, “Melalui transformasi dari IAIN ke UIN, anak-anak pesantren bisa bermimpi menjadi dokter atau insinyur.

Baca juga:  KOPERASI: BENTENG AL NAKBA MELAWAN KAPITALISME GLOBAL

Jika tidak ada UIN, mereka akan tarung bebas ke kampus-kampus umum dengan anak-anak SMA. Ini jelas tidak fair. Anak-anak pesantren perlu affirmative action.”

Keberhasilan Azra menyulap IAIN menjadi UIN Jakarta membuat banyak pihak berdecak kagum. Kampus IAIN yang dulu relatif kumuh ia sihir jadi mengkilat. Entah berapa dana yang berhasil Azra galang untuk mewujudkan mimpi mengkonversi IAIN menjadi UIN. Beberapa kali saya menjadi saksi hidup seorang Azra yang tidak malu meminta dana buat pembangunan UIN atau mencarikan beasiswa bagi dosen-dosen muda kuliah lanjut di luar negeri.

Suatu ketika Azra pernah mengatakan bahwa ia tidak malu “meminta” bantuan kepada pihak lain karena toh penerima manfaat bukan dirinya, tapi kampus UIN atau dosen-dosen mudanya. Bahkan karena jerih payahnya Pemerintah Australia menjadikan UIN Jakarta sebagai salah satu targeted institution sehingga civitas akademika UIN akan diprioritaskan kuliah pascasarjana di kampus-kampus terkemuka di negeri Kangguru tersebut.

Baca juga:  Memaknai Alih Bentuk IAIN Menjadi UIN

Keberhasilan saya mendapat beasiswa Australian Development Scholarship juga tidak lepas dari usaha Azra menjadikan UIN Jakarta sebagai targeted institution tadi.

Transformasi IAIN ke UIN membuat Azra tidak hanya dikenal sebagai intelektual yang produktif melahirkan karya-karya akademik, tapi ia juga memiliki jejak sukses dalam kepemimpinan dan manajemen lembaga. Ia ibarat Raja Midas, apapun yang disentuhnya menjadi emas. Sebelum menyulap IAIN menjadi UIN, Azra juga sukses membesarkan PPIM UIN Jakarta dengan Jurnal Studia Islamika-nya.

No More Posts Available.

No more pages to load.